Selasa, 25 Desember 2018

PUBLIKASI PAMERAN MITOS DAN LEGENDA

Hidupkan Kembali Kisah-Kisah Legenda Tanah Air Lewat Pameran Batik Gutta Tamarind 
https://bandung.merdeka.com/halo-bandung/hidupkan-kembali-kisah-kisah-legenda-tanah-air-lewat-pameran-batik-gutta-tamarind-1901070.html

Mengenal Teknik Batik Gutta Tamarind Pengganti Lilin Yang Ramah Anak
https://m.merdeka.com/bandung/halo-bandung/mengenal-teknik-batik-gutta-tamarind-pengganti-lilin-yang-ramah-anak-190107k.html


Koran Pikiran Rakyat, Senin 7 Januari 2019, laman Khazanah, Hal 21, Mitos dan Legenda Rakyat



Koran Tempo. Senin, 31 Januari 2018. Hal. 28. Rubrik Seni: Legenda pada Batik Asam Jawa.
                                       
 
Guo ji ri bao (International daily News Mandarin)
               
Rabu, 26 Desember 2018. Laman Utama. Tribun Jabar.
Rabu 26 Desember 2018. Laman Utama. Tribun Jabar

Kamis 27 Desember 2018 laman Metropolis hal. 7. Radar Bandung






http://www.galamedianews.com/bandung-raya/210190/komunitas-22-ibu-gelar-pameran-mitos-dan-legenda-indonesia.html

https://inilahonline.com/komunitas-22-ibu-gelar-pameran-karya-seni-batik-di-dua-kota/

http://www.inilahnews.com/2018/12/23/pameran-mitos-dan-legenda-indonesia/

http://sekilasjabar.co/komunitas-22-ibu-kembali-gelar-pameran-bertemakan-reimagining-the-myth-story-of-nusantara/

http://www.zonabandung.com/pameranreimaginingthemythstoryofnusantaradigelarkomunitas22ibu#

http://www.ekpos.com/pameran-reimadining-the-myth-story-of-nusantara-kembali-digelar

http://www.sebelas12.com/komunitas-22-ibu-gelar-lagi-pameran-bertemakan-mitos/

http://www.akuiaku.com/2018/12/22/pameran-reimagining-the-myth-story-of-nusantara-bertemakan-mitos/


WORkSHOP BATIK BERSAMA DARUL INAYAH

Workshop batik lilin dingin

Kegiatan yang berlangsung 23 Desember 2018, diikuti oleh 21 orang dari Pesantren Darul Inayah, dimana pesantren ini merupakan binaan dari YDSP. Disebut binaan karena peran pihak YDSP banyak membantu anak anak dari pesantren untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Misalnya kemampuan mereka diasah dengan cara mempelajari catur gajah, mereka juga banyak belajar tentang budaya tiongkok. Maka tidak heran apabila di antara anak anak tersebut setelah lulus ada yang berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk studi lanjut ke tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan peserta dari luar sebanyak 9 orang.

Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.







PEMBUKAAN PAMERAN REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA

KOMUNITAS 22 IBU MEMPERINGATI HARI IBU DENGAN  BERPAMERAN DI DUA KOTA

Komunitas 22 Ibu pada tanggal 22 Desember menggelar pameran di dua kota yaitu di Bandung (22 Des 2018 - 10 Jan 2019 di Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa jl Nana Rohana 37 Bandung) dan di Jogjakarta (22 Des - 28 Des 2018 di Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogjakarta, Ndalem Joyodipuran.
Jl. Brigjen Katamso No. 139, Keparakan, Mergangsan, Jogja. Diselenggarakan dalam rangka memperingati Hati Ibu - 90th Konggres Perempuan).

Pembukaan pameran di Bandung *Reimagining the myth story of nusantara*
adalah tajuk yang diusung komunitas 22 ibu. Dalam pembukaan pameran Arleti M Apin, selaku ketua pameran menyampaikan bahwa mengenali dan belajar tentang masa lalu bisa dengan cara yang menyenangkan, menikmati karya seni sekaligus mengenali kembali cerita mitos dan legenda. Walaupun peran kami tak besar, paling tidak kami peduli dan bergerak melakukan sekecil apapun. Bila saja mau membuka hati dan pikir terhadap legenda dan mitos, pasti banyak pengetahuan yang dapat digali, paling tidak, pengetahuan umum serta budi pekerti yang khas di bangsa kita. Cikal bakal ini dapat menuntun kita mengenali jati diri bangsa dengan lebih mudah dan tepat.


                                         



*Pembukaan pameran di Jogyakarta*
Bersamaan dengan peringatan Hari Ibu juga digelar Konggres Perempuan 90th oleh Direktorat Sejarah,  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Yogjakarta.  Dalam kesempatan tersebut dipamerkan sejumlah tokoh dan pahlawan perempuan Indonesia yang divisualisasikan oleh konunitas 22 Ibu dalam ukuran 120 x 240 cm di atas kain sutera dengan menggunakan media batik lilin dingin. Para tokoh dan pahlawan tersebut di antaranya adalah Cut Nyak Dien, Cut Mutia, R.A Kartini, Megawati, dan masih ada banyak tokoh yang ditampilkan dalam karya lukis batik.

                       


Niken Apriani dari Komunitas 22 Ibu yang juga sebagai penemu dan pengembang material batik menjadi narasumber tentang batik lilin dingin yang berasal dari bubuk biji asam jawa. Setelah menyampaiakan materi peserta dapat mengikuti praktik membuat karya seni dengan area permukaan kain yang sudah di siapkan.



Kedua kegiatan tersebut di atas diadakan dalam rangka memperingati hari Ibu di Indonesia.

Batik Gutta Tamarin
Karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan media Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer, demikian pula dengan karya karya yang dipamerkan di Yogjakarta", demikian pungkas Arleti.

Herman Wijaya selaku Ketua Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) menyampaikan bahwa "pameran ini merupakan kerjasama antara YDSP dan komunitas 22 ibu, kami memfasilitasi kegiatan ini karena banyak unsur pendidikan.

Saya melihat dalam pameran ini ada 3 hal penting yang disasar para pendidik seni yaitu alih pengetahuan yaitu apa yang tak digarap, mungkin juga tak diingat oleh orang lain, justru oleh para pendidik seni ini diolah menjadi visual dan pengetahuan yang disampaikan kepada masyarakat umum, 2) Nilai nilai penguatan pendidikan karakter dalam gubahan visual yang diusung dalam pameran ini dapat membantu proses pendidikan di ruang lingkup yang formil, 3) pameran ini sekaligus menjadi ajang untuk memperkenalkan Galeri dan Museum Sejarah dan  Kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat. Kegiatan ini pada hari Minggunya 23 Desember 2018 kami menggelar 2 kegiatan yaitu workshop batik dan Festival Onde (Dong-zhi)".

*Pameran berlangsung dari tanggal:*
*22 Desember 2018-10 Januari 2019*
10.00-16.00
Gedung Graha Surya Priangan,
-Lantai 2-
Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa.
Jl. Nana Rohana No. 37 Bandung.

*Workshop Batik Lilin Dingin*
*Minggu, 23 Desember 2018*
*Minggu, 6 Januari 2019*
09.30-12.00
(Lokasi sebelah Gedung GSP di selasar lantai 1)

Penyaji karya Seni adalah para Guru dan Dosen yang berasal dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi Banten dan DKI Jaya. Mereka berkolaborasi dalam karya seni mitos dan legenda.

Sejumlah 56 karya lukis batik gutta tamarind (11 panel batik 200 x 120 cm). Setiap panel berisi 5-6 karya Seni yang dibuat oleh Perupa Pendidik Lintas Institusi. Pembacaan narasi visual ada yang di "baca" dari kiri ke kanan, narasi visual yang menarik tetapi ada juga yang dibaca dari arah kanan ke kiri.

Selamat Hari Ibu, Selamat Berpameran  dan Selamat Mengapresiasi


Selasa, 11 Desember 2018

EXHIBITION: REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA





*REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA WITH GUTTA TAMARIND BATIK*

Pameran ini mengajak kita semua membayangkan kembali pesona-pesona mithos yang  berubah fungsi dan pemaknaannya, dari hal yang gaib, mistis dan spiritualitas ke-Tuhanan  secara alami akrab dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan, kemudian bergeser menjadi lebih dekat dengan hal-hal bersifat materialis,dan derasnya arus modernisasi teknologi informasi media sosial.

Seniman perempuan yang juga pendidik seni Indonesia dari Komunitas 22Ibu ini akan mencoba “membayangkan kembali”, “merespon”, “membaca” dan “memaknai’ mithos-mithos pilihan, kemudian menceritakan ulang kembali melalui wujud visual ilustrasi dengan gubahan baru.

Pameran ini  khususnya lebih jauh lagi menginterpretasi ulang mengenai mithos melalui berbagai interpretasi visual dan secara kultural, diharapkan keunikan karya pada pameran ini menjadi ajang proses pembelajaran yang menarik, mengenal kembali tentang pemaknaan Mithos dan Legenda yang semakin terlupakan. Tentunya memakai sudut pandang, kaca mata dan pemahaman yang berbeda  dari perupa-perupa yang juga perempuan pendidik sekaligus ibu bagi generasi masa kini.

Komunitas 22 Ibu memiliki bahasa visual
Karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan Teknik Batik Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer”.

*Pelaksanaan Pameran*
22 Desember 2018-10 Januari 2019

*Pembukaan*
Sabtu, 22 Desember 2018
Pkl 16.00-18.00

*Dibuka untuk umum*
23 Desember 2018-10 Januari 2019
Pkl 10.00 - 16.00

Gedung Yayasan Dana Sosial Priangan,
-Lantai 2-
Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa.
Jl. Nana Rohana No. 37 Bandung.

Kurator: Nuning Yanti Damayanti

Penyaji karya Seni: Guru dan Dosen dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi  Banten dan DKI Jaya
(berkolaborasi dalam karya seni).

Jumlah karya: 56 karya lukis batik gutta tamarind (11 panel batik 200 x 120 cm). Setiap panel berisi 5-6 karya seni yang dibuat oleh Perupa Pendidik Lintas Institusi.

*Mari Datang Ke Pembukaan Pameran*

Sabtu, 08 Desember 2018

REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA WITH GUTTA TAMARIND BATIK


*REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA WITH GUTTA TAMARIND BATIK* 

Komunitas 22 Ibu  menggelar untuk kedua kalinya  pameran yang betemakan Mithos, kali ini dengan fokus yang berbeda yaitu bertajuk Re-Imagining: Myth Story of Nusantara With Gutta Tamarind Batik. 

Pameran ini akan diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 2018 merupakan pameran rutin yang keenam kalinya, digelar tanpa putus, sekaligus memperingati berdirinya komunitas 22 Ibu yang didirikan pada tahun 2013. 

Pameran yang merujuk pada REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA
 Mengajak kita semua membayangkan kembali pesona-pesona mithos yang  berubah fungsi dan pemaknaannya, dari hal yang gaib, mistis dan spiritualitas ke-Tuhanan  secara alami akrab dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan, kemudian bergeser menjadi lebih dekat dengan hal-hal bersifat materialis,dan derasnya arus modernisasi teknologi informasi media sosial.

Seniman perempuan yang juga pendidik seni Indonesia dari Komunitas 22Ibu ini akan mencoba “membayangkan kembali”, “merespon”, “membaca” dan “memaknai’ mithos-mithos pilihan, kemudian menceritakan ulang kembali melalui wujud visual ilustrasi dgn gubahan baru.

Pameran ini  khususnya lebih jauh lagi menginterpretasi ulang mengenai mithos melalui berbagai interpretasi visual dan secara kultural, diharapkan keunikan karya pada pameran ini menjadi ajang proses pembelajaran yang menarik, mengenal kembali tentang pemaknaan Mithos dan Legenda yang semakin terlupakan. Tentunya memakai sudut pandang, kaca mata dan pemahaman yang berbeda  dari perupa-perupa yang juga perempuan pendidik sekaligus ibu bagi generasi masa kini.

Mereka memiliki bahasa visual yang unik dalam mengekspresikan dan menyampaikan pesan-pesan yang memuat harapan, kritik dan ungkapan bahasa lainnya tentang kompleksitas  pemaknaan masyarakat terhadap mithos dan legenda yang dikaitkan dengan pemahaman spiritualitas, kegaiban, mistisisme  dimasa ini. 

Karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan Teknik Batik Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer”. 

Pelaksanaan Pameran:
22 Desember 2018-10 Januari 2019

Pembukaan:
Sabtu, 22 Desember 2018
Pkl 16.00-18.00

Dibuka untuk umum:
23 Desember 2018-10 Januari 2019
Pkl 10.00 - 16.00

Gedung Yayasan Dana Sosial Priangan, 
-Lantai 2-
Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa.
Jl. Nana Rohana No. 37 Bandung.

Kurator: Nuning Yanti Damayanti

Penyaji karya Seni: Guru dan Dosen dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi Banten
dan DKI Jaya
(berkolaborasi dalam karya seni).

Jumlah karya: 56 karya lukis batik gutta tamarind (15 panel batik 200 x 120 cm). Setiap panel berisi 5-6 karya Seni yang dibuat oleh Perupa Pendidik Lintas Institusi.

Senin, 03 Desember 2018

WOWWW......SENANGNYA MENGAPRESIASI KARYA GURUKU

Siang hari ruang PPK terasa riuh gempita oleh suara siswa dari SMP N 11 Bandung. Mereka datang dalam rombongan besar, sangat interest untuk mengapresiasi karya-karya seni lukis batik hasil kreatif dari 14 orang guru di Jawa Barat. Salah satu nya adalah guru mereka, Siti Sartika, M.Pd.

                               



Kami antusias datang ke pameran ini, karena ingin tahu karya guru kami yang paling ter update karyanya. Karya guru kami memberikan pelajaran visual, jangan pernah menyerah terhadap keadaan. Demikian kata Riesha Maudy klas 8 G.

                                 

Layaknya ABG, mereka berkali kali berswafoto di depan karya guru seni rupanya. Mereka bergerombol dan berkeliling ruangan, mengapresiasi karya karya yang di display.

Selasa, 20 November 2018

PAMERAN SAKOLA DI GEDUNG PPK JL BRAGA -BANDUNG


SAKOLA

Mengungkap sisi realitas sosial dalam dunia pendidikan

SAKOLA sebuah istilah dalam bahasa sunda yang artinya SEKOLAH. Sebuah tajuk pameran yang diusung oleh 14 orang guru dari lintas sekolah (TK SMP SMA). Mereka tergabung dalam Komunitaa 22 Ibu.

Para Ibu Guru ingin mempersembahkan karya seni lukis batik dengan teknik gutta tamarind yang akan dipamerkan tepat di Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November 2018.

Tujuan persembahan ini untuk menyampaikan pesan proses penguatan pendidikan karakter kepada banyak pihak bahwa perjuangan keras anak anak dalam memperoleh pendidikan membentuk karakter yang tangguh u bangsa.
Dikuratori oleh Citra Smara Dewi
Kurator Galeri Nasional Indonesia-Jakarta

Pameran dibuka 25 Nov 20188
16.00 - 19.00
Dibuka oleh Dra. Triana Wulandari, M.Si
Direktur Sejarah-Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia
Dibuka untuk umum 26 Nov-5 Des 2018
Gedung PPK jl. Braga-Naripan, Bandung

Persiapan pameran dapat diakses melalui media Jabar Pojok Satu: https://jabar.pojoksatu.id/bandung/2018/10/14/sambut-hari-guru-nasional-sakola-bakal-persembahkan-karya-seni-lukis-batik-di-bandung-intip-persiapannya-di-sini/

Media Gatra Jabar online: https://www.gatra.com/rubrik/budaya/seni/354930-Menakar-Kreativitas-Perupa-Guru-Seni-Menuju-Pameran-SAKOLA

Link you tube


Minggu, 11 November 2018

KURATOR VISIT STUDIO KOMUNITAS 22 IBU

Proses berkarya, diskusi, saran dan masukan, serta kritik membangun dari kurator mewarnai pertemuan siang hari di Studio Komunitas pada Sabtu tanggal 27 Okt 2018.

Pertemuan di tutup dengan visit ruang pamer serta diskusi rencana pembagian display panel untuk karya karya 14 guru serta perubahan warna panel dan posisi u penambahan lighting u peletakan karya tepat di area masuk pengunjung.





Senin, 22 Oktober 2018

SAKOLA-Pameran Lukis Batik Karya Guru Seni Budaya



                                SAKOLA

Mengungkap sisi realitas sosial dalam dunia pendidikan

SAKOLA sebuah istilah dalam bahasa sunda yang artinya SEKOLAH. Sebuah tajuk pameran yang diusung oleh 14 orang guru dari lintas sekolah (TK SMP SMA). Mereka tergabung dalam Komunitaa 22 Ibu.

Para Ibu Guru ingin mempersembahkan karya seni lukis batik dengan teknik gutta tamarind yang akan dipamerkan tepat di Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November 2018.

Tujuan persembahan ini untuk menyampaikan pesan proses penguatan pendidikan karakter kepada banyak pihak bahwa perjuangan keras anak anak dalam memperoleh pendidikan membentuk karakter yang tangguh u bangsa.

Dikuratori oleh Citra Smara Dewi
Kurator Galeri Nasional Indonesia-Jakarta

Pameran dibuka 25 Nov 20188
16.00 - 19.00
Dibuka oleh Dra. Triana Wulandari, M.Si
Direktur Sejarah-Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia
Dibuka untuk umum 26 Nov-5 Des 2018
Gedung PPK jl. Braga-Naripan, Bandung

Persiapan pameran dapat diakses melalui media Jabar Pojok Satu: https://jabar.pojoksatu.id/bandung/2018/10/14/sambut-hari-guru-nasional-sakola-bakal-persembahkan-karya-seni-lukis-batik-di-bandung-intip-persiapannya-di-sini/

Media Gatra Jabar online: https://www.gatra.com/rubrik/budaya/seni/354930-Menakar-Kreativitas-Perupa-Guru-Seni-Menuju-Pameran-SAKOLA

Jumat, 12 Oktober 2018

SAKOLA - realitas sosial dalam dunia pendidikan

SAKOLA sebuah istilah dalam bahasa sunda yang artinya SEKOLAH. Sebuah tajuk pameran yang diusung oleh 14 orang guru dari lintas sekolah (TK SMP SMA). Dengan latar akademik dari pendidikan guru, mereka ingin mempersembahkan karya seni lukis batik dengan teknik gutta tamarind yang akan dipamerkan tepat di hari guru nasional pada tanggal 25 November 2018.

Persembahan para guru ini adalah untuk memotret sisi dunia pendidikan yang mereka langsung temui di lingkungan sekolahnya ataupun lingkungan di luar sekolah. Sepulang mengajar dan setelah finger print pukul 16.00 mereka berlanjut hunting banyak objek. Banyak objek yang sudah didapatkan di sekolah, namun beberapa objek yang ditemui di pelosok kadang menyentuh hati. Teknologi juga membantu para guru untuk mendapatkan data pembanding. Mereka juga rajin searching ditemani mbah Google.

Mulailah proses sketsa diatas kertas. Gagasan real dituangkan di atas kertas diolah bersama dengan karakter masing masing personal dalam berkarya. Setiap karya terus dengan intens berkomunikasi dengan kurator mbak Citra Smara Dewi. Seorang kurator dari Galeri Nasional Indonesia- Jakarta. Didampingi oleh Co Curator Ariesa Pandanwangi.

Kegiatan Persiapan Pameran dapat di akses: https://jabar.pojoksatu.id/bandung/2018/10/14/sambut-hari-guru-nasional-sakola-bakal-persembahkan-karya-seni-lukis-batik-di-bandung-intip-persiapannya-di-sini/

Berita lainnya juga dapat diakses melalui
http://www.gatra.com/rubrik/budaya/seni/354930-Menakar-Kreativitas-Perupa-Guru-Seni-Menuju-Pameran-SAKOLA

Adapun perupa yang sedang mempersiapkan karyanya adalah Perupa:
 1.Eneng Nani Suryati
 2.Erni Suryani
 3.Ida Rustiana
 4. Ika Kurnia Mulyati
 5.Meyhawati Yuyu Julaeha Rasep
 6.Nia Kurniasih
 7.Niken Apriani
 8.Nina Irnawati
9.Nita Dewi Sukmawati
10. Rina Mariana
11.Siti Sartika Aryadi
12.Sri Nuraeni
13.Sri Sulastri
14.Tjutjun Setiawati.

Proses berkaryanya dapat diakses di





Tunggu proses berkarya lainnya, masih dalam proses editing dari art director team video komunitas 22 ibu, Risca Nogalesca Pratiwi.

Selasa, 18 September 2018

Catatan Sepenggal Perjalanan Komunitas 22 Ibu di Fukuoka

Empat Perempuan Pendidik Seni dari lintas institusi pada bulan September menembus kegelapan malam menuju bandara Suta. Berbekal undangan dari penyelenggara kegiatan Art Festival di Fukuoka, mereka mempersiapkan amunisi budaya yang akan ditampilkan dihadapan publik Fukuoka. Pesawat yang mereka tumpangi transit di Hingkong dan berlanjut menuju Fukuoka.

Udara sore yang cerah dan hangat menyambut kedatangan delegasi Indonesia. Setelah sementara menunggu penjemputan dari pihak pengundang. Akhirnya muncul Elida Maria Matsumoto bersama seniman dari Spanyol yg telah tiba terlebih dahulu, Eva Ibares seorang seniman lukis kontemporer yang mengembangkan gaya lukis Jepang.

Kami mendapat tempat tinggal di hostel Yagura. Disana kami diterima oleh yasuni, staf hotel yang sangat ramah menyambut kami dan menyiapkan semua kebutuhan kami.





Semua perlengkapan hostel serba digital bahkan tempat sampahpun menggunakan sensor. Serba canggih, putih bersih apik. Resik banget. Dan ukurannya minimalis. 

Setelah beristirahat sejenak dan membersihkan diri, kami dijemput oleh Eva menuju Galeri Tiempo Iberoamericano. Untuk welcome dinner dan juga diskusi untuk acara esok yang akan dibuka oleh kegiatan workshop batik gutta tamarind.




Keesokan harinya kami mempersiapkan seluruh perlengkapan workshop. Baju yang kami kenakan sengaja baju daerah. Ternyata hal ini berbeda dengan pengunjung yang sedikit. Jumlah yang hasir sedikit disebabkan warga Jepang enggan keluar rumah karena khawatir typhun melanda lagi. Kami juga bertubi tubi mendapatkan WA dari banyak grup yang mendoakan keselamatan kami. Walaupun kami sudah meyajinkan bahwa kami baik baik saja. Masih ada juga anggota kluarga yang khawatir.






Usai workshop kami membantu seniman dari negara lain dalam menyiapkan karyanya. Sore hari kami bisa istirahat sambil menikmati secangkir teh hangat.

Hari kedua kami mengikuti workshop gaya melukis Jepang. Dengan menggunakan cat air yang materialnya berasal dari batu. Kami melukis diatas kipas dengan gaya Jepang.Hasil karya kami para peserta tampaknya banyak mrbinggalkan jejak jejak lokal pada karya luk8s gaya Jepang ini sehingga memunculkan karakteristik kelokalan diluar Jepang.

Setelah selesai kami kembali menggelar workshop kami keesokan harinya yang diikuti oleh banyak peserta dari orang tua hibgga anak anak muda dan anak sekolah. Anak yang awalnya mengikuti orang tuanya akhirnya justru tidak mau pulang karena sangat sangat menyukai membatik.





Usai memberikan workshop pada sore harinya kami datang ke pembukaan Arts Fukuoka 2019. Pameran ini mengusung hiruk pikuk seniman muda Jepang yang berkiprah dalam masa milenial. Satu keunikan dalam pameran ini adalah ruang pamer menggunakan satu lantai dari seluruh ruang kamar dan toilet pada hotel tersebut. Karya di display dengan memanfaatkan lahan yang ada seperti diatas tempat tidur, di atas sofa, meja rias, nakas, juga closet yang ada di ruang toilet termasuk dindingnya.










Pada hari ketiga kami mengikuti workshop Bokusho yang disuguhkan oleh seniman era kontemporer dari spanyol, Eva Ibanez Cano. Gagasan nya berkarya diambil dari timur yaitu kaligrafi. Kerapnya melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia membuatnya jatuh cinta pada timur dan dikembangkan kedalam proses berkaryanya. Kami workshop berkolabirasi menggunakan berbagai brush buatannya. Ada yang terbuat dari sapu ijuk, bulu ayam,ataupun ekor kuda selain maopit yang juga digunakannya. Hasil eksperimen kami seluruh peserta menghasilkan karya yang unik.

Pada hari keempat Minggu 9 September 2018 kami menggelar workshop untuk ketiga kalinya sebagai workshop tambahan atas permintaan dari penyelenggara. Padahal sedianya kami merencanakan untuk sight seeing Fukuoka. Ternyata tetap belum  dapat jalan jalan keliling Fukuoka. Padahal banyak lokasi yang direkomendasikan oleh kolega kami.

Workshop kali ini juga diikuti banyak peserta. Setelah workshop kami juga harus presentasi karya kami yang dipamerkan. Masing masing seniman manca negara hanya di beri waktu sebanyak 15 menit saja. Presentasi awal dibuka oleh Ariesa Pandanwangi dari Universitas Kristen Maranatha Indonesia yang menjelaskan bahwa karya lukis batiknya dinulai dari penelitiannya di Nias yang hasilnya menjadi gagasan dalam proses berkarya. Selanjutnya Gilang Cempaka dari Universitas Paramadina yang menjelaskan bahwa karyanya selain batik juga ada yang dibuat diatas kanvas dengan menggunakan akrylic. Nurul Prinayanti dari Podomoro University mengangkat tema musik dalam hidupnya. Dan Rina Mariana dari STTB yang juga guru SMPN 1 Ngamprah mempresentasikan beberapa karya batiknya.









Selanjutnya seniman kontemporer Prof Angela dari Portugal mempresentasikan video art. Karyanya digagas dari aktivitas diatas meja makan. Dengan menggunakan infocus yang disorot dari atas ke arah meja maka terlihat berbagai aktifitas yang direkamnya. Makan. Mekukis. Membuat sketsa bahkan juga menyiapkan berbagai kegiatan sebelum ia mengajar. Prof Angela juga mempresentasikan art project lainnya.

Eva Ibanez Cano seniman kontemporer dari Spanyol meyuguhkan kolaborasi antara musik dari dentingan gitar yang dibawakan oleh dua orang gitaris dan gaya melukis Eva. Eva melukis diatas selembar kertas besar yang digelarnya diatas lantai dengan sekali hentakan kuas.

Presentasi terakhir disajikan oleh Prof. Daphna dari Israel yang mempresentasikan bahwa melukis dapat menjadi art theraphy bagi para penderita cancer.

Acara ditutup dengan diskusi dan dilanjutkan dengan pemilihan karya terbaik dari 3 rangkaian workshop batik. Terpilih 2 karya terbaik. Mereka mendapatkan gift sarung tenun Indonesia. Luar biasa surprise dan mereka sangat menyukai hadiah tersebut. Ketika dipraktikan dipakai sarung tersebut, bagi mereka sesuatu yang baru cara berpakaian menggunakan sarung.



Di akhir acara sebelum dinner, delegasi Indonesia memberikan kenangan berupa kain batik motif awan dan sarung tenun serta portofolio lecturer. Acara diakhiri dengan dinner.

Hari keenam kami free dan kami dapat melihat Fukuoka tower dan kuil paling tua di Fukuoka.

Foto sejenak di sebrang Fukuoka Tower



Penyanyi yang demikian menghayati lagunya.

Farewell Party sambil menikmati suguhan dari penyanyi lokal setempat yang secara khusus mensatangi meja kami karena direkomendaaikan oleh owner restoran.

Hari ketujuh kami pergunakan waktunya untuk khusus belanja oleh oleh dan jalan kaki disekitar kami. Beberapa tempat belanja kami secara khusus diantar oleh Elida. Sepanjang jalan kami berdiskusi sekaligus menyiapkan program untuk komunitas 22 Ibu. Malam harinya kami diundang ke rumah Elida untuk makan malam, dan secara special ia khusus memasakan untuk kami. Masak spagheti dengan campuran daging serta taburan keju permesan. Mie spagheti langsung dibuat manual, dibuat adonan terlebih dahulu, digiling lalu dipotong mie. Luar biasa dan niat banget. Rasanya lezat. Semua yang hadir tambah porsinya.

Pulangnya k hostel kami harus sudah mempersiapkan packing dan jam sebelas keesokan harinya kami dijemput Elida diantar k bandara international. Pesawat Cathay Pacific terbang membawa kami kembali ke tanah air. Terimakasih Elida, Eva, Angela, Daphna dan tim Indonesia, semua nya di Fukuoka adalah yang tak terlupakan. Satu pount penting kita selalu mengatakan bahwa kita adalah keluarga besar.

Berita kegiatan kami dapat di akses
https://m.republika.co.id/berita/gaya-hidup/trend/18/09/03/peh8ia328-komunitas-22-ibu-adakan-pelatihan-batik-klungsu-di-fukuoka

Kisah Gutta Tamarind Berkunjung Ke Fukuoka dapat di akses
http://majalahcsr.id/kisah-gutha-tamarind-di-berkunjung-ke-jepang/

Perjalanan Komunitas 22 Ibu Ke Jepang
Dapat diakses
http://majalahcsr.id/perjalanan-komunitas-22-ibu-di-jepang/

Terimakasih banyak kepada media online Republika dan Majalah CSR yang telah meliput perjalanan komunitas 22 ibu. Salam Budaya.

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...