Kamis, 23 Oktober 2014

Komunitas 22 Ibu: Pertemuan Reguler 7 Oktober 2014-Cafe Wayang


Pertemuan yang dihadiri oleh sebagian Ibu, membicarakan susunan pengurus periode 2015, juga draft AD ART, serta rencana kerja. Hasilnya masih akan dimatangkan di pertemuan selanjutnya. Rencana pertemuan November akan diadakan di wilayah Banten. Kegiatan siang hari akan di fokuskan di tepi pantai, sambil berenang dan membuat sketsa, sedangkan malam hari berkumpul bersama sambil makan sea food bakar. (AP)

Sabtu, 18 Oktober 2014

Komunitas 22 Ibu: Pertemuan Reguler 16 September 2014

Pertemuan reguler 22 Ibu, diselenggarakan di rumah Ibu Wiwin, lokasinya jauh dari keramaian, cukup jauh ditempuh dari pusat kota. Ternyata tak menghentikan maksud baik 22 Ibu untuk bersilahturahmi. Dalam pertemuan ini diberikan materi workshop berupa membuat keramik dengan teknik pilin, yang pematerinya adalah Ibu Ayu.
Setelah kegiatan workshop, 22 Ibu mereview apa yang sudah dilaksanakan selama ini. Salah satu yang diusulkan adalah punya AD ART. Hal ini disetujui dan akan dibuat oleh tim. (AP)
                                                                          

Kamis, 02 Oktober 2014

Dunia 22 Ibu di Bandung,
Apresiasi untuk Para Ibu

Gapey Sandy


Kompas, 10 January 2014
 
Ada tiga buah lukisan yang berukuran 300 x 100 cm terlihat dirangkai sehingga membentuk segitiga. Lukisan beraliran ekspresionis ini menampilkan guratan dan semburat warna-warni yang indah. Didominasi warna oranye, merah dan kuning, tiga rangkaian lukisan yang sejatinya menyatu ini sungguh menggambarkan alam jagat raya dan mentari. Dari keindahan dan kehati-hatian pulasan kuas serta jemari perupa yang melukisnya, terlihat bahwa segenap hati dihadirkan dalam pengerjaan karya ini. Tak pelak, lukisan akrilik di atas kanvas ini berhasil menyuguhkan simbol mentari yang diibaratkan sebagai sosok seorang ibu.

“Ini karya hasil workshop, di mana tema dan waktu pengerjaannya sudah ditentukan. Saya selesaikan dalam waktu enam hari. Intinya, mewakilkan sosok ibu yang bagaikan mentari,” ujar sang pelukis, Meyhawati Yuyu JR kepada penulis, pada Sabtu, 4 Januari kemarin, di GaleriKita (Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), Jalan L.L.R.E Martadinata (Jalan Riau) No.209, Bandung, Jawa Barat.

                                                                          

Menurut Yuyu (sapaan akrabnya), semua pencitraan mentari sebagai sosok ibu, akhirnya tertuang dalam barisan puisi yang ditulis secara melingkar pada salah satu lukisan tadi. Beginilah seutuhnya, bait demi bait puisi tersebut:

“Ketika semburan cahaya menerpa kulit ariku, yang ku lihat bukan hanya cahayamu, tapi sinar merona warna-warni alam semesta, alam jagat raya, dan alam jiwa bumi, teresap-teresap menembus selaput kulitku, mengaliri urat nadiku, darahku, nafasku, jiwaku, kau gapit aku menuntun jalan hidupku, memberi cahaya rohani, jika kau datang tubuhku penuh energi, jika kau pergi senyummu memuaskanku itulah, Ibu bak mentari”.

Berita lebih lanjut dapat diakses pada tautan berikut:
http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/10/dunia-22-ibu-di-bandung-apresiasi-untuk-para-ibu-623591.html

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...