Selasa, 25 Desember 2018

PEMBUKAAN PAMERAN REIMAGINING THE MYTH STORY OF NUSANTARA

KOMUNITAS 22 IBU MEMPERINGATI HARI IBU DENGAN  BERPAMERAN DI DUA KOTA

Komunitas 22 Ibu pada tanggal 22 Desember menggelar pameran di dua kota yaitu di Bandung (22 Des 2018 - 10 Jan 2019 di Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa jl Nana Rohana 37 Bandung) dan di Jogjakarta (22 Des - 28 Des 2018 di Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogjakarta, Ndalem Joyodipuran.
Jl. Brigjen Katamso No. 139, Keparakan, Mergangsan, Jogja. Diselenggarakan dalam rangka memperingati Hati Ibu - 90th Konggres Perempuan).

Pembukaan pameran di Bandung *Reimagining the myth story of nusantara*
adalah tajuk yang diusung komunitas 22 ibu. Dalam pembukaan pameran Arleti M Apin, selaku ketua pameran menyampaikan bahwa mengenali dan belajar tentang masa lalu bisa dengan cara yang menyenangkan, menikmati karya seni sekaligus mengenali kembali cerita mitos dan legenda. Walaupun peran kami tak besar, paling tidak kami peduli dan bergerak melakukan sekecil apapun. Bila saja mau membuka hati dan pikir terhadap legenda dan mitos, pasti banyak pengetahuan yang dapat digali, paling tidak, pengetahuan umum serta budi pekerti yang khas di bangsa kita. Cikal bakal ini dapat menuntun kita mengenali jati diri bangsa dengan lebih mudah dan tepat.


                                         



*Pembukaan pameran di Jogyakarta*
Bersamaan dengan peringatan Hari Ibu juga digelar Konggres Perempuan 90th oleh Direktorat Sejarah,  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Yogjakarta.  Dalam kesempatan tersebut dipamerkan sejumlah tokoh dan pahlawan perempuan Indonesia yang divisualisasikan oleh konunitas 22 Ibu dalam ukuran 120 x 240 cm di atas kain sutera dengan menggunakan media batik lilin dingin. Para tokoh dan pahlawan tersebut di antaranya adalah Cut Nyak Dien, Cut Mutia, R.A Kartini, Megawati, dan masih ada banyak tokoh yang ditampilkan dalam karya lukis batik.

                       


Niken Apriani dari Komunitas 22 Ibu yang juga sebagai penemu dan pengembang material batik menjadi narasumber tentang batik lilin dingin yang berasal dari bubuk biji asam jawa. Setelah menyampaiakan materi peserta dapat mengikuti praktik membuat karya seni dengan area permukaan kain yang sudah di siapkan.



Kedua kegiatan tersebut di atas diadakan dalam rangka memperingati hari Ibu di Indonesia.

Batik Gutta Tamarin
Karya-karya yang ditampilkan divisualisasikan melalui teknik Batik Tamarin. Melukis dengan media Tamarin bisa juga disetarakan dengan teknik membatik lebih kontemporer, demikian pula dengan karya karya yang dipamerkan di Yogjakarta", demikian pungkas Arleti.

Herman Wijaya selaku Ketua Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) menyampaikan bahwa "pameran ini merupakan kerjasama antara YDSP dan komunitas 22 ibu, kami memfasilitasi kegiatan ini karena banyak unsur pendidikan.

Saya melihat dalam pameran ini ada 3 hal penting yang disasar para pendidik seni yaitu alih pengetahuan yaitu apa yang tak digarap, mungkin juga tak diingat oleh orang lain, justru oleh para pendidik seni ini diolah menjadi visual dan pengetahuan yang disampaikan kepada masyarakat umum, 2) Nilai nilai penguatan pendidikan karakter dalam gubahan visual yang diusung dalam pameran ini dapat membantu proses pendidikan di ruang lingkup yang formil, 3) pameran ini sekaligus menjadi ajang untuk memperkenalkan Galeri dan Museum Sejarah dan  Kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat. Kegiatan ini pada hari Minggunya 23 Desember 2018 kami menggelar 2 kegiatan yaitu workshop batik dan Festival Onde (Dong-zhi)".

*Pameran berlangsung dari tanggal:*
*22 Desember 2018-10 Januari 2019*
10.00-16.00
Gedung Graha Surya Priangan,
-Lantai 2-
Galeri Sejarah Kebudayaan Tionghoa.
Jl. Nana Rohana No. 37 Bandung.

*Workshop Batik Lilin Dingin*
*Minggu, 23 Desember 2018*
*Minggu, 6 Januari 2019*
09.30-12.00
(Lokasi sebelah Gedung GSP di selasar lantai 1)

Penyaji karya Seni adalah para Guru dan Dosen yang berasal dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi Banten dan DKI Jaya. Mereka berkolaborasi dalam karya seni mitos dan legenda.

Sejumlah 56 karya lukis batik gutta tamarind (11 panel batik 200 x 120 cm). Setiap panel berisi 5-6 karya Seni yang dibuat oleh Perupa Pendidik Lintas Institusi. Pembacaan narasi visual ada yang di "baca" dari kiri ke kanan, narasi visual yang menarik tetapi ada juga yang dibaca dari arah kanan ke kiri.

Selamat Hari Ibu, Selamat Berpameran  dan Selamat Mengapresiasi


Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...