Sabtu, 27 Juli 2019

Karya Seni Batik dari Komunitas 22 Ibu goes To Europe


Kampong Indonesia merupakan salah satu kegiatan yang digelar oleh Kedutaan Besar Indonesia untuk Swedia yang sudah berjalan untuk ketiga kalinya sejak tahun 2017. Kali ini bertempat di Kungstradgarden Stockholm-Swedia 26-27/7/2019), penyelenggaraan kegiatan lebih besar lagi. Melibatkan banyak pihak dan undangan, termasuk sejumlah pendidik dari lintas institusi.

Berdasarkan undangan dari Duta Besar Indonesia untuk Sweden, Bapak Hapsoro, mereka yang tergabung dalam komunitas 22 ibu menggelar pameran seni yang dibuat dengan material biji klungsu yang diolah menjadi material untuk membuat karya seni batik.

Komunitas 22 Ibu yang hadir mewakili adalah Ariesa Pandanwangi (Universitas Kristen Maranatha), Cama Juli Rianingrum dan Atridia Wilastrina (Universitas Trisakti), Nuning Yanti Damayanti (ITB) dan Arleti Mochtar Apin ( Institut Teknologi Harapan Bangsa).

Kampong Indonesia ini dibuka pada jumat (26/7/2019) oleh Bapak Ridwan Kamil yang berkenan hadir pada hari pertama acara di Kungstradgarden.

Ridwan Kamil dalam sambutannya yang singkat menyampaikan bahwa kegiatan ini patut mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Ucapan terimakasih dari RK pun meluncur dengan menyebutkan banyak pihak seperti angklung saung Udjo, APTISI yang diwakili oleh hadirnya 9 Rektor dari Perguruan Tinggi, Komunitas 22 Ibu, sponsor dan masih banyak lagi. Harapan ke depannya adalah kegiatan ini dapat menjangkau wilayah wilayah di Indonesia untuk dapat tampil di sini.



Ketua APTISI juga hadir dalam kesempatan tersebut bersama sembilan orang Rektor yang mewakili perguruan tinggi nya masing-masing. Bapak Budi Djatmiko selaku Ketua APTISI berkesempatan berkunjung k tempat pameran para pendidik ini. Beliau menyampaikan apresiasinya yang tinggi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dalam kesempatan tersebut juga beliau menita data nama dosen-dosen yang hadir untuk dapat disampaikan sertifikat apresiasi beliau terhadap dunia ilmu pengetahuan tentang seni serta kiprah dosen di ruang publik.

Pameran ini mengusung 35 karya pendidik dari Indonesia, serta menggelar batik bercerita dari Nusantara yang dibuat berdasarkan hasil kolaborasi riset lintas perguruan tinggi dari Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi.

Pameran ini digagas dari cerita mitos dan legenda dari Indonesia yang berisi pesan moral dan kebaikan.

Ariesa Pandanwangi, salah satu perwakilan dalam pameran ini menyampaikan bahwa tujuan pameran ini untuk:
1) mensosialisasikan material kearifan lokal dari tumbuhan di Indonesia yang dapat diolah menjadi material batik serta menjadi media pembelajaran bagi anak anak sekolah masyarakat umum di luar negeri.
2) menyampaikan pesan moral yang disampaikan melalui narasi visual.
3). Menjadi ajang sumber penyebaran ilmu pengetahuan tentang pengembangan teknik batik lilin dingin ke dunia luar.
4) Meningkatkan apresiasi masyarakat Eropa melalui sejarah kejadian yang bercerita dari wilayah Indonesia.
5) Meningkatkan hubungan baik dalam kerjasama antara perupa dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Luar Negeri

Penciptaan yang digagas dalam pameran ini adalah Cerita Mitos dan Cerita Legenda dari Indonesia.

Mitos dan Legenda
Apa yang dimaksud mitos dan legenda dalam pameran ini?

Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.

Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu, legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory). Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.

Cerita mitos dan legenda tersebut diolah menjadi narasi visual yang banyak menarik minat pengunjung, karena material yang diusung adalah material yang ramah lingkungan. Bahkan untuk kegiatan workshop sangat diminati oleh masyarakat yang hadir.

Setelah kegiatan di Sweden, para pendidik yang tergabung dalam komunitas 22 Ibu ini, akan melanjutkan perjalanannya ke Praha untuk Pameran dan juga memberikan workshop di Warming Place Indonesian GATE - Praha, Republik Cekoslovakia, pada tanggal 31 Juli 2019. Semoga seluruh kegiatan dapat berjalan lancar dan dapat makin meningkatkan masyarakat dunia pada batik.

Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...