Rabu, 17 Januari 2018

KOMUNITAS 22 IBU: SANG SUBJEK -BENTARA BUDAYA BALI

SANG SUBJEK
KURATOR: HARDIMAN

Kehadiran perempuan perupa secara individu atau kelompok adalah pernyataan diri guna memposisikan keberadaannya sebagi subjek seni rupa. Disadari atau tidak, kehadiran ini adalah serupa dekonstruksi terhadap pencitraan perempuan dalam medan sosial seni rupa. Munculnya organisasi perempuan perupa adalah pernyataan tentang kehadirannya. Ikatan Alumni Wanita Seni Rupa ITB, tahun 1980-an; Kelompok Seni Rupa Putri IKIP (kini UPI) Bandung, tahun 1980-an; Himpunan Pelukis Wanita Indonesia, tahun 1980-an; dan Ikatan Seniwati Bali, tahun 1991, Komunitas 22 Ibu tahun 2013 di Bandung sekadar contoh, betapa para perempuan perupa telah melakukan gerakan, agar kehadiran mereka diakui dalam medan sosial seni rupa.

Komunitas 22 Ibu adalah kelompok perempuan perupa yang secara terbuka memperlihatkan potensi dan kesungguhannya dalam menjalani profesi kesenirupaan. Anggota komunitas ini sehari-harinya berprofesi dalam berbagai bidang: guru, dosen, desainer, pengusaha, dan lain-lain yang secara serius menggeluti pula praktik kesenirupaan. Bidang kesenirupaan yang mereka geluti mulai dari seni lukis, batik, drawing, animasi, kriya, dan lain-lain.

Kehadiran mereka dibuktikan dengan menyelenggarakan pameran kelompok secara tetap di berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Mereka juga telah mendapat pengakuan dari sejumlah kritikus, pengamat, kurator, dan jurnalis.

Bali adalah salah satu tujuan publikasi dan apresiasi karya anggota Komunitas 22 Ibu ini. Itu sebabnya perlu dirancang satu kegiatan pameran yang disertai dengan workshop dan diskusi tentang karya-karya anggota komunitas ini.



Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...