Minggu, 28 Januari 2018

Komunitas 22 Ibu: NIKEN EMANG LAGI NGEHITS TAMARIND

Program MGMP guru Seni Budaya kota Bandung mengusung kegiatan peningkatan kompetensi guru. Adapun kegiatannya adalah workshop batik dengan material ramah lingkungan. Instruktur yang ditugaskan adalah Niken Apriani, seorang guru seni budaya yang saat ini juga sedang menunggu penempatan sebagai Kepala Sekolah.

Sabtu 27 Januari 2018 Para guru yang berumpul sangat hepi dan mereka mengikuti arahan dari instruktur Niken Apriani untuk praktik batik dengan media guta tamarin.


Paparan dimulai dari material ecogreen - asam jawa yang dikeringkan kemudian diolah menjadi semacam bubuk dan mix dengan mentega, diuleni hingga tercampur merata. Material pengganti malam panas siap digunakan. Masukan kedalam plastik segitiga secukupnya dan ikat pada bagian ujungnya dan bagian ujung segitiga tempat keluarnya burtam digunting sedikit. Fungsinya agar burtam dapat keluar membentuk garis yang kita inginkan. Material ini sangat ramah lingkungan dan sangat aman digunakan oleh siswa siswi sekolah.

Niken menekuni dan berupaya keras mengembangkan batik. Berikut penuturannya: "Kendala dalam mengajar materi batik mnyebabkan saya mencari alternatif lain terutama media dalam proses membatik. Setelah sekian lama bereksperimen dan mencoba berbagai media pengganti ahirnya bertemu dengan bahan tamarin pengganti malam panas dalam proses membatik. Ketika diterapkan pada anak anak didik saya di kelas sekitar 7 tahun yang lalu ternyata sangat menantang saya untuk terus dikembangkan khususnya berbagai teknik membatik, dan menurut saya hasilnya sangat memuaskan. Sejak itu penggunaan bahan bubuk biji asam ( tamarin) mulai dalam proses membatik mulai saya perkenalkan..dimulai dari siswa di ruang kelas berlanjut ke teman teman komunitas, ke masyarakat umum dan ke kalangan guru di Bekasi dan Bandung serta area Jawa Barat dalam kelompok MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran) seni budaya. Ternyata respon dari mereka surprise dan sangat menggembirakan, mereka amat sangat tertarik dengan proses membatik mnggunakan bubur biji  tamarin (disebut juga bubur tamarin) ini. Banyak karya batik lukis sudah  pernah dipamerkan secara pribadi dan dalam
kelompok komunitas 22 ibu, baik didalam maupun diluar negeri.

Guru-guru yang ikut kegiatan ini 85 orang. Tidak hanya guru perempuan tetapi guru laki laki juga antusias mengikuti kegiatan yang asyik ini.



Karya batik ini sangat memuaskan, karya karyanya keren dengan material ramah lingkungan.



Harapan para kepala sekolah yang hadir dalam kesempatan tersebut, semoga kegiatan ini dapat langsung dipraktikan oleh para guru ke ruang kelas, sehingga pengetahuan batik juga dapat diakrabi dan langsung dipraktikan oleh para siswa sekolah.

Salam Budaya
Komunitas 22 Ibu

Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...