Sabtu, 17 Agustus 2019

Komunitas 22 Ibu, Pameran Sharira, Bandung Art Month 2019



Komunitas 22 Ibu, Pameran Sharira, Bandung Art Month 2019

 "SHARIRA" yang berarti 'tubuh' dalam bahasa sansakerta atau 'awak' dalam bahasa sunda, selain berpengaruh kuat sebagai resapan bagi bahasa lainnya berpotensi pula menerobos waktu. Tidak heran jika istilah itu kerap digunakan untuk mengidentifikasi perihal 'aku' atau 'kamu' bahkan menjangkau pula makna lebih luas yakni, 'manusia'.

Kurator pameran, Diyanto, menyampaikan bahwa istilah "Sharira" berikut makna yang melekat di dalamnya, merupakan bingkai tematik dan eksploratif bagi para perupa yang tergabung dalam komunitas 22 Ibu. Sharira bukan sebatas alibi, melainkan pemicu untuk mengembangkan lebih jauh penalaran dan interpretasi atas 'tubuh' terkait berbagai gambaran permasalahan kenyataan yang dihadapi, disikapi dan dihayati   perempuan, di samping kesadaran atas medium yang dipilihnya.

Pameran seni rupa *SHARIRA* akan berlangsung pada hari
Sabtu-Sabtu/17 - 24 Agustus 2019. Digelar dalam rangka memeriahkan kegiatan Bandung Art Month yang digelar untuk kedua kalinya. Bandung Art Month melibatkan banyak venue seperti galeri, studio, kampus kampus seni rupa dan juga sekolah sekolah. Melibatkan banyak srniman, praktisi, komunitas dan masih banyak lagi.

Pameran Sharira dibuka pada hari Sabtu, 17 Agustus 2019.
Pukul 19.00-21.00. Dibuka untuk umum dari tanggal 18 Agustus 2019 hingga 24 Agustus 2019.

Pameran ini juga akan diisi oleh workshop batik Gutta Tamarind bekerja sama dengan studio Kabisa. Trainer yang akan membimbing para peserta adalah Meyhawati. Peserta workshop sendiri sudah terisi semua.

Pameran dibuka oleh Kasi Seni Budaya, UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Dalam sambutannya Beliau menyampaikan bahwa malam ini merupakan moment yang spesial, bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, dengan pesertanya 45 orang perempuan perkasa yang membina generasi bangsa, karena mereka memiliki profesi dosen dan guru. Terlebih istimewa lagi mereka dikawal oleh satu satunya sosok pria yaitu kurator Diyanto yang menggiring dalam proses berkarya Sharira. Nilai-nilai patriotisme perempuan yang tangguh tampak di visualisasikan pada karya karya perupa perempuan dari komunitas 22 Ibu.ini.

Sedangkan ketua pelaksana pameran, menyampaikan bahwa pameran yang diselenggarakan di Galeri Thee Huis, Taman Budaya, Propinsi Jawa Barat  jl. Bukit Dago Sel. No.53A, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40135, ini melibatkan sebanyak 45 peserta.



Lanjutnya Pameran Sharira dalam kegiatan Bandung Connex Art Month '19 ini melibatkan komunitas 22 Ibu yang berbasis di Bandung dan Jakarta. Mereka tersebar di berbagai kota seperti Bandung, Jakarta, Banten, Bekasi, Purwakarta, Bali. Adapun nama peserta yang menyajikan karya seninya adalah:
1. Ariesa Pandanwangi
2. Arleti Mochtar Apin
3. Almira Belinda Zainsjah
4. Atridia Wilastrina
5. Ayoeningsih Dyah Woelandhary
6. Arti Sugiarti
7. Ariani Rachman
8. Belinda Sukapura Dewi
9. Nuning Damayanti
10. Mia Syarief
11. Rina Mariana
12. Sri Nuraeni
13. Siti Sartika
14. Ika Kurnia Mulyati
15. Meyhawati Yuyu JR.
16. Erni Suryani
17. Wanda Listiani
18. Endang Caturwati
19. Wien K Meilina
20. Gilang Cempaka
21. Sri Rahayu Saptawati
22. Dina Lestari
23. I.G. P. A Mirah Rahmawati
24. Nina fajariyah
25. Nurul Primayanti
26. Yunita Fitra Andriana
27. Yori Pusparani
28. Risca Nogalesa Pratiwi
29. Susy Irma
30. Yunisa Fitri Andriani
31. Siti wardiyah
32. Nita Dewi
33. Farida Wahyu
34.Bayyinah Nurul
35.Dyah Limaningsih W
36. Nida Nabilah
37. Luki Lutvia
38. Shitra Noor Handewi
39. Zaenab Shahab tv
40. Ratih Mahardika
41. Ulfa Septiana
42. Wita Prayoga
43. Yetti Nurhayati
44. Yustine Carolies
45. Vidya Kharishma.

Angka yang disajikan dalam pameran ini seolah olah mewakili semangat kemerdekaan Republik Indonesia. Dibuka pada tanggal 17 Agustus dengan peserta sebanyak 45 orang. Indonesia merdeka pada tanggal 7 Agustus 1945,

Humas pameran Sharira, Ariesa Pandanwangi menyampaikan bahwa tahun 2019 ini merupakan tahun yang padat oleh undangan untuk berpameran sekaligus memberikan workshop batik gutta tamarin. Undangan tersebut datang dari berbagai Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri seperti Stockholm, Kedutaan Besar Indonesia di Praha, juga ajakan kerjasama dengan beberapa universitas. Hingga tahun 2020 sudah terdata beberapa undangan yang masuk termasuk di antaranya 4 negara dari wilayah Eropa. Semoga srmua diberikan kelancaran.

Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...