Ketika
kecil, menari adalah upaya untuk menjajal kemampuan tubuh bergerak ke segala
arah, dan meniru berbagai teknik tari dari orang yang dikagumi, atau
bergelut dengan tarian yang sedang dipelajari. Lalu ketika mentas ternyata
asyik juga, karena ada pola lantai yang
menyuruh penari mengatur diri dan bekerjasama dengan penari lain ketika
bergerak di tempat atau berpindah sambil terus menari. Lalu selain merubah
posisi, jarak dan arah, senang juga ada
pengaturan penari yang duduk dan berdiri. Selain itu, ada pula bagian dari
kostum yang dapat ditarikan, selendang yang dikibas ke mana-mana, dan selendang
panjang yang bisa ditendang-dilempar ke atas dan ke berbagai arah, Asyiiiik!
Menari
di panggung itu seperti bermain saja, panggung berlantai kayu yang luas dan
bersih, lampu warna-warni menyinari kita
dari segala arah, wah pasti membuat kita tampak keren dalam kostum indah dan
make-up yang poleskan rapi. Jangan lupa, ada lagi pengiring tari yang
meluluhkan jiwa. Bunyi gamelan yang tipis tebal, yang mengalun dan menghentak,
suara piano, biola atau musik yang membuat kita merasa menjadi putri lemah
gemulai, raja yang angkara murka, atau kupu/merak/kijang yang lucu dan indah.
Ketika
menjadi remaja yang mendapat tugas menggambar daun, tanaman, binatang, orang
dan juga sketsa kota sebagai mahasiswa seni rupa di Technische Hogeschool
(namanya dulu) di Jalan Ganesha, paling senang kalau saya mendapat tugas yang
menggunakan cat warna. Rupanya warna-warna kalau dicampur itu bisa
berubah-ubah, tergantung sedikit-banyaknya porsi warna. Lalu ada tugas untuk
mengatur ruang beserta seluruh unsur di dalamnya di suatu apartemen, lalu
rumah, lalu restoran, lalu hotel, dll. Nah, itulah namanya mendesain dan
membuat komposisi dari berbagai elemen bahan, ruang, bidang, garis, karakter,
harmoni, aksen, dll. untuk membuat suatu rancangan karya seni rupa yang disebut
interior desain. (Asyiik juga nih, bikin ini itu, mana kemudian dapet duit 500
dolar, karena memenangkan sebagai karya terbaik mahasiswa.)
Kembali
ke tarian, baik ketika menyusun suatu koreografi tari baru, atau membuat
kostumnya. Tak ada ide yang buntu. Semua mengalir saja, secara otomatis
pertimbangan desain yang digembleng di ruang kuliah, di studio interior tempat
bekerja, membuat ide dan konsep secara alami muncul begitu ada tema. Menari
adalah membuat desain tiga dimensi di udara, di suatu ruang panggung dengan
menggunakan ruang tubuh manusia. Seluruh tubuh dapat diolah untuk mengungkapkan
berbagai ragam tari dengan ekspresi, karakter dan gaya yang berbeda. Membajui
tari dengan kostum pun tak luput dari pertimbangan kaidah senirupa dalam
desain. Bila tarian berwatak
gagah/lembut/riang/ megah, maka warna, bahan, desain dan properti tarinya pun
harus mendukung tarian tersebut. Selain itu harus difikirkan pula, bagaimana
kostum sebaiknya dibuat dan dipakai agar dapat membantu penari mengungkapkan
isi dan esensi dari tari yang disajikannya, bukan menghalangi gerakannya.
Pada
intinya, seni tari dan seni rupa adalah sama dalam mewujudkan karyanya. Mulai
dari penentuan konsep desain, pemilihan material, proses pembuatannya hingga menjadi
‘barang jadinya’. Proses seni tari dan
seni rupa adalah mengolah ruang dengan berbagai elemennya masing-masing. Yang
berbeda adalah material yang diolahnya dan penyajian akhirnya. Karya seni rupa
dapat dilihat berulang-ulang dan disimpan tanpa berubah, sedangkan karya tari
akan lenyap dari pandangan begitu waktu yang dibutuhkan untuk penampilannya
sudah terlewati. SELAMAT MENGAPRESIASI KARYA 22 IBU. SELAMAT BERPAMERAN
22 IBU. SUKSES.
Irawati Durban Ardjo-Tokoh dalam Penari Sunda
Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar