Selasa, 11 Februari 2020

PAMERAN GUTTA TAMARIND



Pameran
GUTTA TAMARIND

Komunitas 22 Ibu :
Ariani Rachman - Ariesa Pandanwangi - Arleti Mochtar Apin - Arti Sugiarti - Atridia Wilastrina - Belinda Sukapura Dewi - Cama Juli Ria - Dina Lestari - Farida Wahyu - Gilang Cempaka - I.G.P.A Mirah Rahmawati - Ika Rahmat Djabaril - Luki Lutvia - Mia Syarief - Nina Fajariyah - Niken Apriani - Nita Dewi - Nuning Yanti Damayanti - Nurul Primayanti - Rini Maulina - Ratih Mahardika - Siti Wardiyah - Sri rahayu Saptawati - Wita Prayoga - Yustine

Pameran mulai : 18 Februari hingga 8 Maret 2020

Pembukaan:
Selasa, 18 Februari 2020. Mulai jam 19.00 WIB

Pameran diresmikan oleh:

Di Orbital Dago Galeri
Jl. Rancakendal Luhur No.7
Bandung 40191

Workshop Gutta Tamarind
Terbatas

Kamis, 20 Februari. Jam 11.00 – 13.00 WIB
Kamis , 27 Februari. Jam 11.00 – 13.00 WIB
Kamis, 5 Maret . Jam 11.00 – 13.00 WIB

Biaya Workshop perorang Rp. 50,000,- (termasuk bahan)

Pameran terbuka untuk umum dan gratis.

Komunitas 22 Ibu menciptakan teknik pembatikan menggunakan gutta tamarind. Ini merupakan sebuah eksplorasi dan eksperimen alternatif pengganti bahan dasar lilin dalam teknik membatik tradisional. Teknik ini secara konsisten digunakan oleh Komunitas 22 Ibu sejak beberapa tahun terakhir. Beberapa pernah dipamerkan, seperti dalam pameran ‘The Myth Story of Nusantara With Gutta Tamarind Batik’ di Bandung. Membatik dengan gutta tamarind dilakukan untuk melestarikan batik dan memperkenalkan alternatif lain selain lilin.

Teknik gutta tamarind tidak mempergunakan canting alat untuk menorehkan perintang pada kain dan juga tidak harus ada proses plorod. Tepung biji asam atau tamarind diolah dan dicampur dengan bahan margarin atau lemak nabati dan air hangat hingga menjadi larutan berupa gel pasta atau gutta, kemudian gel pasta gutta dituliskankan pada permukaan kain seperti juga malam, lilin, atau wax yang berfungsi sebagai perintang warna pada proses batik tradisional. Perintang adalah pembatas atau outline pada kain sebagai media batik, yang fungsinya merintangi atau membatasi antar warna, antar bidang dan memperjelas bentuk pada objek gambar atau motif yang dibuat. Dengan Gutta Tamarind tehnik membatik menjadi lebih sederhana akan tetapi menjadi tehnik yang lebih modern.Teknik ini dapat dikatakan lebih modern karena ada perbedaan tahapan prosesnya dengan pembuatan batik tradisional, yang menggunakan malam, lilin, atau wax panas dan cair sebagai bahan perintang warnanya.

Motif – motif yang dipamerkan terbagi dalam dua bagian, pertama yang bermotif dari berbagai lagenda cerita rakyat nusantara, sedangkan lainnya tentang fable atau dunia binatang. Mereka masing-masing menafsirkan kedalam olahan rupa dan penerapan warna yang memikat. Mulai dari yang simbolik hingga yang realis, yang abstraksi hingga dekoratif, semua menunjukan eksplorasi subyek dengan semangat feminine.

#komunitas22ibu
#orbitaldago
#bandungconex
#bandungartmonth
#batikguttatamarind
#exhibition
#guttatamarindonfabric
#workshopbatikguttatamarind

Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...