Sore yang cerah menjadi kesempatan bagi warga Fukuoka pemerhati seni. Minggu 9 September 2018 empat orang seniman dari Indonesia mempresentasikan karyanya. Mereka adalah Ariesa Pandanwangi, Gilang Cempaka, Nurul Primayanti, dan Rina Mariana. Ariesa mempresentasikan karyanya yang merupakan hasil penelitiannya dari Nias. Bumi Nias yang kerap terkena gempa ternyata tidak meluluh lantakan Oma Hada. Hal ini semua dituangkan dalam bentuk visual dengan mengggunakan material gutta tamarind. Gilang cempaka mempresentasikan tentang keindahan indonesia dengan tajuk mooi indie dengan menggunakan material gutta tamarind. Karya lainnya yang dipresentasikan adalah karya diatas kanvas. Nurul Primayanti mempresebtasikan karyanya tentang bagaimana music mempengaruhi kehidupannya. Rina Mariana mempresentasikan karya karyanya yang menggunakan material Gutta Tamarind. Salah satu karyanya yang disajikan dalam presentasi mampu memukau peserta diskusi dalam artist talk.
Selanjutnya tampil seniman Profesor Angela dari Portugal yang mengusung konsep multi media. Tema karyanya mengusung seluruh aktivitas yang dilakukannya diatas meja. Tampilan karyanya menyuguhkan infocus yang diarahkan ke atas meja. Taplak meja dibentangkan didinding dianggap sebagai saksi aktivitas di atas meja. Sedangkan tampilan visual diatas meja menyuguhkan rangkaian seluruh aktivitasnya diatas meja seperti makan, melukis, mengetik serta mengerjakan pekerjaan lainnya sebagai dosen.
Eva Ibanez Cano dari Spanyol mempresentasikan karyanya diatas kertas dengan iringan musik dari spanyol. Karyanya membutuhkan kontemplasi yang dalam. Musik membuatnya hanyut dalam sekali brushstroke.
Bailey seniman dari Hawai mempresentasikan karyanya tentang manga dalam kehidupan sehari hari.
Diskusi berlangsung meriah dan membuat interaktif dengan pengunjung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...
-
Batik di tengah gempuran kemajuan teknologi tetap memperlihatkan eksistensinya. Pengakuan UNESCO terhadap eksistensi batik, semakin ban...
-
Dinding kota banyak yang dibuat menjadi bergambar diistilahkan oleh anak milenial ngamural. Mural kini menjadi penanda kota ataupun sebuah w...
-
Serombongan anak anak sekolah dari SMP Negeri 4 dipandu oleh Guru Seni Budaya-Ibu Sri Sulastri- tampak memenuhi ruang Galeri Sejarah dan Keb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar