Selasa, 10 April 2018

Presentasi Karya dan Workshop Batik Lilin Dingin di Negeri Sakura
22-28 Maret 2018

Siapa yang tak kenal batik? Batik adalah karya adiluhung anak bangsa yang harus kita hargai sebagai perwujudan rasa cinta tanah air atau nasionalisme. Sebagai negara dengan keragaman kekayaan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, sudah selayaknya kita menjaga aset nasional itu dari klaim-klaim oleh bangsa lain. Batik telah diakui sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi  (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO sejak tanggal 2 Oktober tahun 2009.

Dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia, maka secara otomatis batik adalah identik dengan Indonesia. Artinya tidak ada lagi pihak lain yang berhak mengakui batik sebagai budaya mereka. Sehinga bisa dikatakan, jika berbicara mengenai batik, orang akan merujuk ke Indonesia sebagai akar dan pemilik dari budaya adiluhung ini. Tugas kita sebagai anak bangsa adalah menjaga, melestarikan dan mengembangkan menjadi aset nasional yang memberi nilai tambah bagi keberlangsungan pembangunan nasional.

Berbagai hal kita laksanakan untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya batik ini, salah satunya adalah yang dilaksanakan oleh AKARA Asia EcoArt,  Asia Art and Culture Assosiation (AACAD) Kyodo, beberapa dosen dari perguruan tinggi lain dari Bandung dan Jakarta dan Komunitas 22 Ibu, yang dalamnya terdapat civitas akademika dari beragam lembaga pendidikan dan perguruan seni. Para perupa yang tergabung di dalamnya berkesempatan untuk mempresentasikan hasil karyanya yaitu batik malam dingin, yang lahir dari pemikiran bagaimana mengembangkan batik yang lebih ramah lingkungan yang dapat dipelajari dan dikembangkan dengan cepat karena dapat dikerjakan dengan mudah oleh berbagai usia dan prosesnya yang tidak memakan waktu yang lama.

Pembukaan pameran di Asia Art and Association (AACA).  1-38-20 Kyoudou Setagaya-ku, Tokyo, Japan  26-28 March 2018.



Kegiatan ini digagas untuk mengenalkan kepada perupa muda yang tergabung dalam Asia Art and Culture Assosiation (AACAD), juga kepada siswa-siswa sekolah yang berada di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), adapaun tujuannya agar anak-anak yang selama ini tinggal dan sekolah di Jepang, tetap mengingat dan para siswa ini kelak adalah agen kebudayaan, yang bertanggung jawab dan turut menjaga kelestarian salah satu produk bangsa yang tak ternilai harganya, yakni Batik.


Asia Art and Culture Association-School of Tokyo Indonesian (SRIT). 4-6-6 Meguro-ku Tokyo, Japan 23-25 March 2018.

Karya batik yang ditampilkan pada kegiatan Presentasi ini berasal dari sejumlah 25 perupa, yang terdiri dari guru dan dosen dari Bandung, Purwakarta, Cimahi, Bekasi dan Jakarta.  Setiap  karya yang ditampilkan mengolah ragam hias dan merespon kekayaan alam budaya Indonesia, dalam ragam visual. Presentasi dilakukan di 2 tempat, yakni di Asia Art and Culture Assosiation (AACAD) Kyoudou Setagaya-ku, dan Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Meguro-ku Jepan.  

Persiapan workshop batik dengan teknik lilin dingin di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT)
 
Demo pembuatan batik lilin dingin diperagakan oleh Wanda Listiani dari ISBI-Bandung dan Ayoeningsih Dyah Woelandhary dari Universitas Paramadina Jakarta

Sebagian peserta workshop dengan karyanya

Antusias siswa dengan hasil karyanya yang menampilkan objek khas Indoesia, seperti bemo, ondel-ondel, wayang

 Animo siswa-siswi antusias dalam kegiatan ini, dimana mereka menghadirkan aneka ciri khas objek khas Indoesia, seperti bemo, ondel-ondel, wayang, dan aneka objek kesenian lainnya.

Hasil dari kegiatan workshop ini kelak akan dipamerkan sebagai implentasi dari materi pelajaran Wawasan Nusantara yang telah diberikan pada siswa- siswi di SRIT. Dengan harapan, siswa-siswi ini akan terus melestarikan salah satu karya bangsa yang patut dijaga kelestariannya.

(Ayoeningsih Dyah Woelandhary)

akses pemberitaan di atas dapat link pada media online: http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2018/04/21/begini-serunya-karya-dan-workshop-batik-lilin-dingin-di-negeri-sakura/

Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...