Sabtu, 16 Januari 2016
PENUTUPAN PAMERAN PORTIS TERTIA MUNDI
Penutupan pameran Portis Tertia Mundi di isi dengan acara pemotongan tumpeng sebagai ucapan tanda kasih dan ucapan terimakasih tak terhingga yang diserahkan ole ketua pelaksana pameran Ibu Yuyu Meyhawati kepada kurator GSPI, Anton Susanto. Tumpeng yg disusun bertumpuk adalah kinasih dari Bapak Andre, sohib 22 Ibu yang terus memberikan apresiasi dan suportnya. Setelah pemotongan tumpeng makan bersama keluarga besar 22 Ibu, lanjut foto bersama, dan evaluasi karya. Adapun kegiatannya dapat diakses dibawah ini:
Rabu, 13 Januari 2016
SISWA MENGAPRESIASI PORTIS TERTIA MUNDI
Ruang pamer Portis Tertia Mundi terasa sesak dipenuhi oleh sekitar 150 siswa yang datang dengan dibimbing oleh guru seni rupa, Ibu Siti Sartika, S.Pd. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan bahwa pameran tersebut secara kebetulan bersamaan dengan materi pelajaran disekolah yang sedang dibahas yakni apresiasi karya seni. Jadi siswa diajak langsung ke ruang pameran dan dapat langsung tatap muka dengan perupanya.
Kurator pameran tampaknya mempersiapkan kunjungan siswa dengan baik, mereka diberikan penjelasan tentang Galeri Seni Popo Iskandar, selanjutnya membahas karya-karya yang tengah dipamerkan.
Kegiatan tersebut dapat diapresiasi dibawah ini:
Kurator pameran tampaknya mempersiapkan kunjungan siswa dengan baik, mereka diberikan penjelasan tentang Galeri Seni Popo Iskandar, selanjutnya membahas karya-karya yang tengah dipamerkan.
Kegiatan tersebut dapat diapresiasi dibawah ini:
Selasa, 12 Januari 2016
PORTIS TERTIA MUNDI MENJADI PROSES PEMBELAJARAN SENI RUPA
Salah satu komunitas yang berkembang saat ini di Bandung adalah komunitas 22 Ibu yang kerap mengadakan pameran seni rupa baik di tingkat lokal, nasional, dan international. Setiap event pameran yang digelar di kota Bandung menjadi bagian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran di sekolah. Dari ruang pameran para siswa dapat mengapresiasi karya seni, mereka dapat belajar tentang media, komposisi, campuran warna, hingga cara lay out ruang pameran hingga display karya. Diharapkan dengan adanya kerjasama antara sekolah dan komunitas dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa disekolah dan memberikan nuansa yang berbeda.
Langganan:
Postingan (Atom)
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...
-
Dinding kota banyak yang dibuat menjadi bergambar diistilahkan oleh anak milenial ngamural. Mural kini menjadi penanda kota ataupun sebuah w...
-
Serombongan anak anak sekolah dari SMP Negeri 4 dipandu oleh Guru Seni Budaya-Ibu Sri Sulastri- tampak memenuhi ruang Galeri Sejarah dan Keb...
-
Batik di tengah gempuran kemajuan teknologi tetap memperlihatkan eksistensinya. Pengakuan UNESCO terhadap eksistensi batik, semakin ban...