Selasa, 22 Desember 2015

INTERNATIONAL EXHIBITION "PORTIS TERTIA MUNDI"

PAMERAN INTERNATIONAL KOMUNITAS 22 IBU "PORTIS TERTIA MUNDI"

Komunitas 22 Ibu bekerja sama dengan Galeri Seni Popo Iskandar (GSPI) pada hari Selasa, 22 Desember 2015, menggelar pameran dengan mengusung tajuk PORTIS TERTIA MUNDI . Pameran akan berlangsung dari 22 Desember 2015- 10 Januari 2015. Pameran ini merupakan pameran ke 3 yang diselenggarakan setiapa tahun bersamaan dengan berdirinya komunitas 22 Ibu. Sedangkan apabila dilihat dari rangkaian pameran yang diikuti oleh komunitas 22 Ibu maka pameran ini merupakan pameran yang diikuti ke 8 kalinya pada tahun ini, sekaligus pameran penutup di penghujung tahun 2015. Pameran ini dibuka oleh Ibu Atalia Prataya Kamil. Pembukaan pameran ini juga dimeriahkan oleh acara ulang tahun ke 3 berdirinya komunitas 22 Ibu sekaligus juga diiringi oleh hiburan.

Para peserta pameran yang berasal dari Indonesia, Jerman, Dubai, dan Jepang adalah Ariesa Pandanwangi, Arti Sugiarti, Ayoeningsih Dyah W, Belinda Sukapura D., Dini Birdieni, Endah Purnamasari, Eneng Nani Suryati, Entit Usidati, Esti Fadillah, Ety Sukaetini, Gilang Cempaka, Ika Kurnia Mulyati, Izumi Mizuta, Meyhawati Yuyu JRA, Miranti Hirschman, Mia Syarif, Nenny Nurbayani, Nida Nabillah, Niken Apriani, Nina Irnawati, Nita Dewi, Nuniek Mawardi, Nuning Damayanti, Nurul Primayanti, Rarang Wahjuningsih, Rina Mariana, Risca Nogalesa Pratiwi, Siti Sartika, Sri Nuraeni, Sri Sulastri, Siti Wardiyah, Tessa Eka Darmayanti, Wanda Listiani, Wien Sumarsono.

Tema yang diusung  oleh kurator, Anton Susanto adalah "TERTIA MUNDI atau PORTIS TERTIA MUNDI"
artinya : DUNIA KE TIGA.(Konsepnya adalah prinsip tiga peranan wanita);
Yaitu sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai diri sendiri. Hampir kebanyakan wanita begitu menikah dan punya anak langsung memerankan peranan sebagai istri dan ibu. Dan sering meredam peranan ketiga nya yaitu sebagai diri sendiri.

Nah dengan usia 22 ibu yang sudah 3 tahun. Maka pameran ketiga ini merupakan sebuah pernyataan sikap/statement sekaligus mengokohkan tonggak jatidiri masing2 pribadi..

Tahun pertama bisa dianggap sebagai tahun kelahiran 22ibu. Tahun kedua merupakan kepanjangan energi dan euforia menghadirkan diri sebagai seniman. Dan tahun ke tiga merupakan tahun tantangan konsistensi terhadap dunia ini.

Karya-karya yang ditampilkan oleh 34 perupa wanita yang sekaligus juga berprofesi sebagai dosen, guru lintas institusi juga lintas negara (Indonesia, Dubai, Jerman, Jepang) juga desainer, dalam pameran ini menempati dua lantai di GSPI. Dari karya seni lukis, hingga karya fashion, yang mengusung busana muslim. Keberagaman karya ini justru menunjukkan jati diri para wanita yang berpameran.

Menurut Ibu Meyhawati Yuyu Julaeha Rasep bahwa pameran di ulang tahun yg ke 3 Komunitas 22 Ibu, banyak sekali perubahan, bukan hanya sekedar kwalitas karya, tapi pameran kali ini berbeda dengan pelaksanaan pameran-pameran 2 tahun ke belakang, dimana tahun ini peserta pameran bukan hanya anggota 22 Ibu saja,, tetapi bergabungnya anggota baru dari Jakarta dan Jerman, juga tamu undangan dari Jepang yang ikut meramaikan pameran ini. Sehingga pameran ini bukan pameran Nasional lagi melainkan pameran berkala Internasional.
Pada pameran ulang tahun komunitas 22 Ibu yg ke 3 ini,merupakan sebuah pernyataan sikap statement sekaligus mengokohkan tonggak jati diri masing2 dan sebagai tahun tantangan konsistensi terhadap dunia Seni Rupa serta menghadapi tantangan selanjutnya.

Salah satu pendiri komunitas 22 Ibu,  Sri Sulastri juga menyatakan bahwa perkembangan dari awal sampai sekarang ini tentunya sangatlah pesat. Agenda awal saja pameran hanya 2x dalam setahun . Yaitu pada saat hari Kartini dan hari ibu. Ternyata sekarang dalam setahun bisa sampai 6 kali bahkan 8 kali  berpameran, karena banyaknya undangan untuk mengikuti kegiatan berpameran baik dari dalam dan luar negeri. Bahkan tahun 2015 ini sudah 3 kali pameran di luar negri dan 6 kali di dalam negri.  Pameran yang diikuti bukan asal kegiatan pameran tetapi sebagian besar melalui seleksi kekaryaan yang diselenggarakan melalui event call exhibition tingkat nasional. Karya komunitas 22 ibu saat ini semakin menunjukkan karakter dan kekhasannya masing-masing.

Nenny Nurbayani salah satu peserta yang sekalipun tinggal di Dubai yang berprofesi sebagai guru seni rupa juga menyatakan:"bangga deh menjadi bagian dari Keluarga Besar komunitas 22 Ibu yang Kreatif, keren dan solid ini. Mereka selalu support saya, sehingga jarak yang terentang jauh hampir tanpa kendala. Kemampuan teknologi komunikasi  juga digital banyak membantu saya baik dalam berkomunikasi ataupun pengiriman karya ke Indonesia".

Melalui karya seni komunitas 22 Ibu membuka jendela dunia, menjalin relasi kerjasama dengan sesama kolega lintas profesi juga lintas institusi juga lintas negara. Sukses dan maju terus komunitas 22 Ibu.
























Tidak ada komentar:

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development

Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...