Sabtu, 26 April 2014 bertempat di Gedung Kebudayaan UPI di jalan Setiabudi Bandung digelar pameran 21 dengan tajuk "The Other Side of Women Educator". Pameran ini menampilkan sejumlah karya seni lukis, batik, jewelry, kaligrafi china, video art, patung, dari sejumlah pendidik yang terdiri atas dosen dan guru baik dari dalam dan luar negeri (China dan Jepang).
Pameran dibuka dengan suguhan tarian dari jurusan seni tari dan dilanjutkan oleh sambutan dari Wakil Dekan FPBS, Dr. Zack Suteja yang kemudian paeran diresmikan oleh Rektor UPI yang diwakilkan kepada Wakil Rektor bidang kerjasama. Pameran ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik antara jurusan pendidikan seni rupa dengan Confusius Institute UK Maranatha Bandung.
Adapun pengantar berkarya
“The Other Side of Women Educators”
Frase ‘the other sides’ merupakan pemahaman kami yang mewakili kehidupan manusia sebagai individu yang merupakan mahluk sosial sekaligus memiliki privasi dan karakter yang unik dan berbeda dengan individu lainnya.
Secara harfiah, frase ‘the other side’ memiliki makna ‘sisi lain’ yang mewakili sisi-sisi kehidupan manusia yang memiliki berbagai sisi untuk dimaknai oleh diri pribadi atau kelompok sosial dimana mereka berada. Frase ini kami analogikan sebagai sebuah ungkapan bahwa seorang individu yang memiliki status pendidik, berdiri di lingkungan dengan status dan image yang menempel pada pendidik. Para pendidik ini berusaha menampilkan sisi dirinya yang bisa diterima oleh khalayak umum sebagai seorang pendidik. Sisi yang terbuka dan bisa diterima oleh khalayak ramai inilah yang disebut ‘open/free area’. Area ini diketahui oleh masyarakat luas juga disadari secara penuh oleh diri sendiri.
Pada kenyataannya, seorang pendidik memiliki sisi-sisi kehidupan lain yang berbeda antara satu pendidik dengan pendidik lainnya. Sisi-sisi kehidupan yang berbeda-beda ini ada yang terungkap dan nyata terlihat oleh masyarakat luas namun ada yang tidak. Ada satu sisi yang menurut Joseph Luft and Harrington Ingham (1955) merupakan sisi ‘hidden self’ atau diri yang tersembunyi. Sisi ini menyediakan segala sesuatu tentang diri individu, yang diketahui individu tersebut, namun tidak diketahui orang lain. Berikutnya ada ‘blind self’ yang merupakan sisi yang menyediakan seluruh informasi mengenai individu, dimana informasi ini hanya diketahui oleh lingkungan yang mengelilingi individu, tetapi tidak disadari oleh individu yang bersangkutan. Sisi ini merupakan sisi kehidupan manusia yang ada pada bagian yang sulit dinilai oleh diri pribadi, tapi dengan mudah dinilai atau diukur oleh orang lain. Individu ini dianggap ‘buta’ terhadap diri sendiri karena ia tidak mengenali dirinya sendiri.
Sisi yang terakhir adalah sisi ‘unknown self’ dimana ada sebuah sisi baik lingkungan maupun diri pribadi tidak mengetahui secara pasti informasi apapun baik itu dalam segi sikap sikap, nilai moral, perasaan, ekspresi juga hal lainnya yang seringkali tidak disadari oleh orang lain yang menilai individu, juga tidak disadari oleh individu yang bersangkutan sendiri.
Sisi-sisi kehidupan ini merupakan sebuah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dikembangkan, diungkap, sekaligus menjadi sebuah motivasi dalam berkarya. Sisi-sisi kehidupan ini bias menjadi sebuah potensi individu jika dikembangkan, disalurkan dan dispresiasi secara tepat.
Seorang pendidik yang pada pekerjaan sehari-harinya menemui beragam individu yang berbeda dalam ruang kelas, seyogyanya bisa memahami kondisi sisi-sisi kehidupan individu lain sebagai manusia secara utuh, sehingga mampu memberikan pemahaman yang lebih luas dalam menilai anak didiknya maupun menilai teman-teman sejawat, juga teman-teman pendidik lainnya.
Pameran ini diharapkan dapat menjadi wadah para pendidik untuk dapat saling mengenal, memahami, bertukar pikiran. Pameran ini kelak akan memeperluas jaringan juga memperluas pemikiran dan memajukan tindak dan keputusan yang dilakukan dalam kehidupan mereka.
Sumber:
TOR Pameran 21 "the Other Side of Women Educators" UPI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development
Art illuminations in 18th – 19th centuries manuscripts from Ngayogyakarta Hadiningrat Palace as a creative industry development Abstract M...
-
Batik di tengah gempuran kemajuan teknologi tetap memperlihatkan eksistensinya. Pengakuan UNESCO terhadap eksistensi batik, semakin ban...
-
Dinding kota banyak yang dibuat menjadi bergambar diistilahkan oleh anak milenial ngamural. Mural kini menjadi penanda kota ataupun sebuah w...
-
Serombongan anak anak sekolah dari SMP Negeri 4 dipandu oleh Guru Seni Budaya-Ibu Sri Sulastri- tampak memenuhi ruang Galeri Sejarah dan Keb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar